Menangis dalam Diam


Pernah tidak berada di antara orang banyak namun merasa sendirian?
Pernah tidak merasa ingin didengarkan tanpa harus mengucapkan?
Pernah tidak menangis di antara orang banyak namun tak satupun tau?

Aku pernah. Aku pernah berada di antara orang banyak namun tetap merasa sendiri. Aku pernah merasa ingin didengarkan tanpa harus mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku pernah menangis tersedu di antara orang banyak namun tak satupun dari mereka yang tau.

Kalian tau bagaimana rasanya menyembunyikan luka?
Kalian tau bagaimana beratnya menangung beban sendirian?
Kalian tau bagaimana sakitnya berusaha menyembunyikan kesedihan demi terlihat "tidak apa-apa" oleh mereka di sekililing kita? Bahkan orang terdekat-pun tidak tau.

Aku pernah, berusaha bercerita dan berbagi kesedihan, berharap semuanya cepat berlalu, berharap semuanya kembali normal. Namun terkadang, apa yang orang pikir dengan apa yang kita rasa sayangnya tak selalu sama. Terkadang, berbagi tak selamanya membuat keadaan lebih baik. Terkadang, yang mendengarkan tak selamanya selalu mengerti.

Aku pernah, sering sekali, berusaha mempercayai seseorang yang mau mendengarkan keluh kesah ini. Tapi, pada akhirnya, aku lebih memilih diam, menyimpan semua masalah seakan tak terjadi apa-apa, seakan semuanya baik-baik saja.

Kesal? Iya. Aku selalu kesal dengan diriku sendiri. Terkadang aku lebih membiarkan orang lain salah paham tentang kelakuanku daripada aku harus membuka mulut dan menjelaskan semua pada mereka.
Lelah? Tentu. Setiap orang punya batasan. Dan aku, entah sampai kapan akan terus seperti ini? Entah sampai kapan akan terus diam?

Karena bagiku, tak ada yang lebih mengerti aku selain diriku sendiri, tak ada yang membuatku merasa lebih baik selain deraian  air mata yang membasahi pipi. Karena saat emosi telah mengukuh jiwa akan mampu membuat mata berkaca, saat sepatah kata yang terucap akan mampu membuat setetes air mata jatuh. Saat semua kekesalan dan kesedihan menumpuk dan diluapkan dengan tangisan akan mampu membuat hati ini lebih tenang.

Aku begini bukan karena tidak ada satupun yang peduli, aku begini bukan karena ingin diperhatikan lebih. Aku begini karena memang ini adanya. Inilah aku yang selama ini mungkin selalu terlihat "baik" di depan kalian. Inilah aku yang selama ini mungkin selalu terlihat tak ada beban. Inilah aku dengan semua ego dan kemunafikan, munafik terhadap diri sendiri demi menutup diri.

Aku sering, sering sekali, menangis memikirkan keadaan, berperang dengan emosi, sampai aku puas, sampai aku benar-benar merasa baik, lalu aku menghela nafas, mengangkat tanganku menghapus air mata, berdiri seakan semua telah usai, seakan tak terjadi apa-apa.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Puisi- Global Warming

Dari Hati yang Terdalam